Halsel-Teropongmalut.com, Kebiasaan atau tradisi merupakan hal yang lumrah bagi setiap suku yang ada di tanah air. Hampir di seluruh tanah air mempunyai kebiasaan dan tradisi yang sama. Maluku Utara khususnya juga memiliki tradisi turun temurun pada malam seribu bulan (Lailatul Qadar).
Tradisi menyalakan obor pada malam 27 Ramadhan terjadi hampir merata disemua pelosok Maluku Utara. Momen itu memunculkan nilai estetika tersendiri di kalangan suku-suku yang ada di Maluku Utara.
Namun, ada tradisi lain di Maluku Utara selain menyalakan obor, masyarakat suku Kayoa Menyebutnya dengan “Tonam Loka”. Tonam Loka mengandung arti tanam pisang, hal ini di lakukan pada saat malam lailatuqadar.
Salah satu tokoh adat Kayoa, di Halsel Sahril H. Ali ketika dimintai keterangan menyebutkan bahwa Tonam Loka atau tanam pisang adalah tradisi yang bukan saja dilakukan oleh masyarakat suku Kayoa tetapi hampir seluruh masyarakat Maluku Utara melakukannya.
Menurut Sahril “Tonam Loka” itu dilakukan orang tua zaman dulu pada malam laituqadar dengan hanya menanam batang pisangnya saja, lalu kemudian batang pisang tersebut di letakan damar di atasnya dan kemudian dibakar sehingga menyerupai obor besar, hal ini dilakukan karena pada zaman itu BBM sangat sulit,” tutup Sahril.
Yang menjadi keunikan tersendiri dari Tonam Loka tersebut muncul bahasa dari masyarakat Suku makian luar maupun makian dalam yakni “Sowan”. Sowan sendiri dapat dimaknai dengan bahasa yang suda menjadi bahasa populer dikalangan suku di Maluku Utara yaitu Ela-ela (menyalakan obor)
Tonam Loka dan Sowan mempunyai arti yang hampir sama, namun pada teknisnya berbeda.
Sowan atau Ela-ela yang dimaksudkan yakni menanam pohon pisang beserta buahnya yang masih utuh, kemudian dihias dengan berbagai macam hiasan layaknya melakukan hajat akikah di kalangan orang Maluku Utara. Yang menghiasi bacot kelapa muda dengan bendera kecil dan uang.
Awak media ini menjumpai Abdurahman Puasa selaku salah satu tokoh adat muda Makian Luar menyebutkan “sowan itu artinya Ela-ela tapi dengan cara yang berbeda, sowan itu dilakukan bagi mereka yang mempunyai anak laki-laki maupun perempuan yang belum Akil balik, yang sudah melakukan puasa ramadhan dan dipastikan puasanya akan genap hingga 30 hari. “Sowan itu sendiri merupakan bagian dari motifasi orang tua kepada anaknya”, menurut Abdurahman.
Abdurahman menyebut “sowan itu dilakukan dengan cara menghias pohon pisang yang ada buahnya dengan hiasan uang kertas, kue, dan penganan khas lainnya, agar nantinya hiasan itu diperebutkan bagi anak-anak kecil yang belum balik, agar anak-anak tersebut termotifasi untuk berpuasa dibulan ramadhan” pungkasnya. (Mursal/red)