Penulis : Muchlis Abu Merek (M. Kebe)
Editor : Lamagi La Ode (Odhe)
Abdullah Banua bukan nama yang sering muncul di layar televisi atau headline media nasional. Tapi dari bengkel kecil di Biro Quality Control PT Antam Tbk UBPN Maluku Utara, pria paruh baya ini membuktikan bahwa gagasan dari kampung pun bisa mengguncang panggung dunia.
Lahir di Bicoli, 6 Juni 1969, Abdullah tumbuh sebagai anak kampung biasa. Lulusan STM Ternate ini mengawali kariernya di PT Minerina Bhakti sebelum akhirnya bergabung dengan PT Antam. Meski hanya berbekal pendidikan menengah, ia membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk terus berinovasi.
Di tengah kesibukannya sebagai mekanik, Abdullah aktif membina Rumah Baca Belo-Belo di Desa Buli, tempat anak-anak kampung menanam mimpi. Tak hanya menjadi panutan di lingkungan sosial, ia juga dikenal sebagai otak di balik sejumlah inovasi penting di lingkungan kerjanya.
Bersama tim #JagoBuli, ia menciptakan berbagai alat fungsional seperti:
- Alat Pemusnah Arsip Sampel, dan
- Alat Pemusnah Camplex X-Ray untuk keperluan laboratorium.
Karya-karya ini membawanya ke ajang Gugus Kendali Mutu (GKM) forum inovasi internal PT Antam. Dari Buli, ide-ide Abdullah melesat hingga ke panggung nasional. Tak berhenti di situ, namanya bahkan tercatat sebagai delegasi Indonesia di ajang internasional.
Prestasi Gemilang:
- 2024 – Mewakili Indonesia di APQO International Conference di Manila, Filipina.
- 2025 – Kembali dipercaya membawa nama bangsa di ajang yang sama di Beijing, Tiongkok.
Kisah Abdullah Banua adalah bukti nyata bahwa inovasi bukan monopoli kota besar atau ruang-ruang akademik bergelar tinggi. Dari kampung kecil di Buli, seorang mekanik sederhana bisa membawa nama Indonesia ke forum global.
Lebih dari sekadar kebanggaan, Abdullah adalah cermin bagi generasi muda bahwa dengan ide, kerja keras, dan ketekunan, anak kampung pun bisa bicara di dunia.
Penutup:
Semoga kisah ini menjadi bahan renungan dan penyemangat bagi kita semua, khususnya generasi muda Maluku Utara. Bahwa masa depan bukan ditentukan oleh tempat kita berasal, melainkan oleh kemauan untuk terus belajar dan memberi manfaat.”****