Halteng TM.com – Puluhan mahasiswa asal Patani Rabu, (24/04/2019) pagi tadi menggelar aksi damai di beberapa titik di Ibu Kota Kabupaten Halmahera Tengah yakni Kota Weda. Sebagai titik awal puluhan masa aksi menempati Pasar Kota Weda dan meneriaki GEMURUH Tolak sawit.
Aksi tolak perkebunan sawit ini karena terbukti di wilayah Kalimantan dan Sumatra menjadi sorotan aktivis lingkungan karena merusak alam dan sering terjadi konflik agraria serta muncul masalah sosial lainnya. “Voice, Membunuh Indonesia,” teriak Korlap Iwan Haliyora pagi tadi didepan pasar Kota Weda tepat didepan Bank BNI.

Dalam aksi Gerakan Mahasiswa Fagogoru Halmahera (GEMURUH) tersebut menuntut agar Pemkab Halteng menghentikan seluruh proses perizinan sawit oleh PT. Manggala Rimba Sejahtera itu pertama. Poin yang kedua Pemkab Halteng diminta untuk berkoordinasi dengan Pemprov Malut untuk mencabut izin PT. Manggala Rimba Sejahtera. Dan ketiga Pemkab Halteng diminta untuk memprioritaskan wilayah Patani sebagai kawasan Pengembangan Pala, cengkeh dan kopra. Sebagai poin terakhir Pemkab Halteng segera membuat regulasi yang melindungi komuditas unggulan masyarakat Patani (Pala, cengkeh dan kopra),” tegas Iwan Haliyora.
Aksi tolak sawit ini kami lakukan karena kami menilai akan berdampak buruk bagi keanekaragaman hayati, hutan tidak lagi menjadi sumber kehidupan dan berbagai macam masalah akan muncul baik itu hewan satu persatu akan punah, sumber air bersih tercemari dan hilang, ruang hidup masyarakat berkebun menjadi sempit, masyarakat menjadi buruh/budak di negeri sendiri,” tandasnya.
Bagi kami Pala Cengkeh dan kopra adalah kebahagiaan kami sebab turun temurun masyarakat mengenal pala, cengkeh dan kopra sebagai komoditas yang menopang kelangsungan hidup. Bahkan menyekolakan putra putri Fagogoru dari komoditas tersebut. Semestinya Pemkab Halteng melihat itu sebagai basis kesejahteraan masyarakat bukan sebaliknnya Pemkab Halteng cenderung tunduk pada modal dan berdalil untuk meningkatkan Asli Pendapatan Daerah (APD).
Dengan ngototnya Pemkab Halteng terindikasi menginginkan melenyapkan kekuasaan potensi suatu daerah bahkan ada kecenderungan menghilangkan identitas suatu bangsa,” ucapnya.

Pantauan awak media dalam aksi itu ternyata masih ada personil pengamanan yang mengawal proses aksi penyampaian pendapat tolak sawit melalui orasi yang menggunakan satu unit dumtruk dan sound sistim itu. Meskipun disela-sela sibuknya pengamanan Pemilu 2019 secara serentak, sejumlah personil anggota kepolisian yang dipimpin Kasat Sabhara dan Kasat Intelkam Polres Halteng bersedia dan setia mengawal pengamanan jalan orasi penolakan perkebunan sawit ini sekalipun di bawa terik matahari. (Ode)
















