Labuha-TeropongMalut.com, Masjid Desa Loleo Jaya, Kecamatan Kasiruta Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara saat ini kondisinya memprihatinkan, bahkan sekilas terlihat seperti Bangunan Angker yang seram. Sebab, seluruh badan bangunan telah ditumbuhi rumput liar. Padahal Bangunan Masjid itu telah menghabiskan uang rakyat senilai Rp 1,5 miliar.
Masjid Desa Loleo dikerjakan dalam dua tahap, tahap pertama dikerjakan oleh CV Modern Maju Membangun pada tahun 2018 dengan nilai kontrak Rp 804 juta.
Tahap kedua dikerjakan oleh CV Fikram Putra pada tahun 2019 dengan anggaran senilai Rp 784 juta. Namun bangunan Masjid bukannya selesai melainkan terbengkalai tak beratap bahkan kondisinya sangat mengenaskan.
Irawan Hi. Adam salah satu pemuda di desa Loleo Jaya kepada awak media beberapa waktu lalu menuturkan bahwa, proses pembangunan masjid di kampung halamannya itu dikerjakan dalam dua tahap. Tahap pertama dikerjakan oleh CV. Modern Maju Membangun pada tahun 2018 dengan pagu anggaran Rp 804.492.000, dan tahap kedua dikerjakan CV. Fikram Putra di tahun 2019 dengan anggaran Rp 784.298.000.
“Pembangunan masjid yang torang tahu dari masyarakat itu, bantuan dari APBD provinsi dan sekarang sudah 2x (Dua kali) pencairan. Pencairan pertama sekitar Rp 800 juta lebih dengan progres pekerjaannya mulai dasar hingga pengecoran tiang” ungkap Irawan
Sedangkan pencairan tahap kedua lanjut Irawan senilai Rp 700 juta dengan pekerjaan pemasangan batu tela (Batu bata) dan memasang rem balok bagian atas ditambahakan dengan plesteran.
“Jika ditotalkan Anggaran untuk pembangunan Masjid itu Rp 1,5 miliar” kata Irawan.
Irawan menjelaskan, awalnya masyarakat mengetahui yang di tetapkan provinsi 100% pembangunan Masjid. Namun pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap.
“Sampai sekarang mesjid hanya di bangun tiangnya saja, yang torang (Kami) sesalkan hari ini adalah mulai dari kontraktor yang pertama dan kedua pada proyek itu tara (tidak) selesai-selesai dan torang tara tahu dia pe ujung, apakah masjid ini bisa di lanjutkan atau kah so tarada (tidak)” tanya Irawan dengan nada sesal.
Maunya masyarakat lanjut Irawan jika memang anggaranya terbatas, minimal di beritahu letak kekurangannya dimana. Namun yang terjadi sampai hari ini, tidak ada kejelasan sama sekali.
“Kasihan bangunan itu dari 2018 jelang puasa ke puasa begitu-begitu saja, sampai-sampai orang-orang tua dorang melaksanakan sambahyang (Shalat) di pasar. Apalagi ini dekat puasa lagi, maka dari itu torang berharap dinas yang bertanggung jawab dalam hal ini dinas Perkim Provinsi segera memberikan penjelasan ke masyarakat kalau memang sudah tidak bisa lagi di lanjutkan, sehingga warga setempat mengupayakan dalam bentuk swadaya atau sama-sama mencari solusinya seperti apa” harap Irawan.
“Kalau kaya begini sama halanya ngoni kase bafoya pa torang (Masyarakat)” Pungkas Irawan. (Kj/red)