HALTENG, TM.com – Masyarakat dihadapkan pada dilema serius: bagaimana bisa seorang pemimpin menagih janji pada rakyatnya, padahal di masa kampanye mereka berjanji membangun ini dan itu dalam periode lima tahun, namun setelah berkuasa, lupa akan amanah yang diemban? Kini, mereka kembali menawarkan diri dengan paket jilid kedua, menagih janji yang tak terpenuhi. Pertanyaannya, apakah ini bukan sekadar haus kekuasaan?
Perjuangan yang diusung mereka, yang katanya melanjutkan perjuangan masa lalu, terasa hampa dan penuh tafsir. Alasan anggaran kecil sebagai pembenaran atas kegagalan mereka, hanyalah pernyataan politik untuk mencari simpati publik. Pertanyaannya, mengapa mereka mengutamakan kepentingan pribadi, bukan kebutuhan dasar masyarakat? Anggaran kecil hanyalah bisikan aneh karena ada program multi years yang tidak selesai, penuh hutang proyek bahkan ADD kurang bayar untuk pengurus desa 6-8 bulan pun tidak dibayarkan dan 4 bulan TPP PNS juga tidak dibayarkan.
Kita semua telah merasakan pola dan karakter kepemimpinan mereka. Saatnya memilih pemimpin dengan etika dan rasa persaudaraan yang kuat, bukan pemimpin yang haus kekuasaan dan mengingkari janji. Jangan sampai kita terjebak dalam janji-janji palsu dan ambisi kekuasaan yang tak terkendali. Waspadalah terhadap jilid kedua! (Odhe)