Penulis : ROSA
Editor : ODHE
HALTENG, Teropongmalut.com – Hiruk pikuk media sosial kini dipenuhi dengan perdebatan yang tak hanya tak rasional, tapi juga memalukan. Ironisnya, sebagian besar pelaku adalah mereka yang bergelar terdidik, yang seharusnya malu dengan perilaku primitif ini.
Di mana seni bersiyasah dalam narasi unggahan status? Metafora, senjata tajam yang dulu mampu menggores perbedaan pandangan menuju pemahaman bersama, kini terkubur dalam lautan informasi sampah. Setiap narasi terkesan kosong, tanpa siyasah yang mampu meretas lapisan rasa, memadukan estetika bernarasi, dan menciptakan ruang dialog inklusif.
Para terdidik, yang telah mengarungi lautan ilmu pengetahuan, justru terjebak dalam jurang dangkal perbedaan pandangan. Unggahan mereka dipenuhi dengan caci maki dan saling hujat, seolah lupa bahwa perbedaan adalah anugerah, bukan senjata.
Di mana niat baik setiap calon pemimpin dalam narasi media sosial? Di mana rasa empati dan toleransi yang seharusnya menjadi landasan utama dalam berinteraksi?