POLITIK ; SEBAGAI PANGGUNG MAINAN

Oleh : Julkifli Samania

Manusia pada umumnya memiliki tabiat alamia suatu tindakan dan kebiasaan bermain dalam sebuah permainan
( johan huizinga,1938 ) seorang sejarawan asal gronigen belanda yang mencoba mengenalkan istilah ‘ homo ludens ‘ sebuah konsep yang menyebut, manusia sebagai mahluk yang senang memainkan permainan, gagaaan ini kemudian di populerkan oleh filsuf jerman ” juergen habbermas ” dalam bukunya ‘man the player.

Istilah (bermain) bagi huizinga manusia pada umumnya memilki sifat alamia hampir setiap waktu manusia gemar bermain, bergerumul, dengar ragam realitas mulai dari ekonomi, sosial, seni terlebih khususnya pada dunia politik. manusia seringkali terjebak dan gemar bermain, ada permainan uang, citra, strategi, propaganda,wacana, retorika, sarkasme, satire. kepentingan elit yang di pertandingkan dalam setiap kompetisi. manusia di kelilingi oleh galaksi simbol simbol yang disebut sebagai
(homo simbolicum)

Sehingga dalam politik jangan heran semua orang terjerembe dan senang bermain dalam kandang raksasa. dimana para aktor yang di percayakan sebagai timsus di setiap pemilu banyak lakon dan sandiwara yang di protogonis hingga antagonis, main cantik, rayu bujuk, hingga berujung kasar, bermain kotor dan curang. bahkan wasit pertandingan pemilu yang di harapkan mampu menjaga inparsial, netralitas, sportivitas, juga turut bermain sebagai tembok tebal penegak etika di obok-obok hingga tak berdaya. (Adam Smith, 1723) menggelarinya ‘ well being ‘

Kekeragaman istilah-istilah diatas memperlihatkan adanya keuinikan dalam sistem pemilu – politik kita suatu metafor yang menggambarkan potret, watak, perilaku aktor dan elit dalam memainkan peran politik, ini tentu tidak terlepas dari sifat dasar sebuah tindakan dan kebiasaan bermain. homo ludens (baca: Juergen habbermas)

Kita tentu berharap pada setiap pemilu bahwa publik harus terlibat dalam kompetisi yang sehat, sejuk harmoni dan yang paling penting akrab kawan dan lawan menjadi kerabat, agar tercipta kompetisi politik yang sehat dan santai dalam bermain. sebab berbedah itu biasa tetapi misi dan tujuan harus sama, ada banyak masalah di depan mata, yang lebih penting dan mesti waspada

Politik tidak bisa di maknai sebagai
” Permainan bisa ” melainkan seni memujudkan keinginan bersama, atas dasar itulah kita di tuntut memilih mereka dan tidak sekedar bermain, tapi memberi diskresi terhadap kekuasaan yang mengesampingkan misi bersama.

Sebab ada banyak cacatan pendambaan tentang kepemiluan harapan acap kali di abaikan kekuasaan sehingga keberhasilan yang terdengar mentereng setiap saat bukan tentang kehebatan penguasa mendistribusikan kesejahteraan warga nya, justru yang terjadi hanya sukses memproduksi birokrat amatiran dan gagal mengasilkan solusi dari gunungan masalah publik.

Terima – kasih : salam sehat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *