HALTENG, TM.com — Dua ruas jalan Patani Gemia yang digadang-gadang menjadi ikon infrastruktur dengan median hijau kini berubah menjadi potret kelalaian. Median jalan yang awalnya dirancang untuk penghijauan justru menjadi ladang rumput liar. Tidak hanya itu, kondisi fisik kedua ruas jalan ini pun mengalami kerusakan parah, membuat warga yang melintasinya harus berjibaku dengan risiko keselamatan.
Ironisnya, proyek yang diprogramkan oleh pemerintahan sebelumnya ini tidak diselesaikan hingga tuntas. Sang kontraktor kabarnya menghentikan pembangunan karena mengklaim mengalami kerugian. Akibatnya, infrastruktur yang seharusnya menjadi sarana vital malah menjadi beban bagi masyarakat.
Sementara itu, warga Patani Utara dan Patani Timur terpaksa mencari alternatif. Banyak yang memilih melewati ruas jalan belakang Siff-Palo, meskipun kondisi jalan berlumpur dan memprihatinkan. Kegagalan ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan pihak terkait, yang dinilai abai terhadap tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.
Infrastruktur yang buruk ini bukan hanya mencoreng wajah pembangunan, tetapi juga menjadi bukti nyata lemahnya pengawasan dan perencanaan. Akankah proyek ini dibiarkan menjadi simbol kegagalan, atau ada upaya nyata untuk menyelamatkan mimpi besar yang telah terabaikan? (ODHE)