HALTENG, TM.com – Yel-yel “Buang Lama Ganti Baru, Kokok Nam-Nam” yang bergema di Halmahera Tengah selama 10 tahun terakhir, kini kembali menggema di Patani. Namun, kali ini, yel-yel tersebut bukan lagi sekadar slogan politik identitas, melainkan sebuah panggilan untuk politik substansi.
Di balik yel-yel semangat kaum emak-emak Patani yang berpartisipasi dalam jalan sehat, tersirat pesan kuat tentang kesadaran politik mereka. Mereka menyadari bahwa politik identitas yang selama ini diusung, seringkali hanya menjadi lagu lama yang mengaburkan permasalahan substansial.
“Politik identitas di Halmahera Tengah selama ini hanya menjadi alat untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah nyata yang terjadi,” ujar seorang aktivis emak-emak Patani. “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, sementara isu-isu krusial seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi terabaikan.”
Kaum emak-emak Patani yang dominan di dapur, kini mulai menyadari bahwa politik tidak hanya tentang identitas, tetapi juga tentang figur yang mampu membawa perubahan nyata. Mereka ingin melihat dapur mereka berasap, tidak hanya sekelompok kecil keluarga yang menikmati kemakmuran.
“Kami ingin pemimpin yang peduli dengan kebutuhan rakyat, bukan hanya dengan kepentingan kelompok tertentu,” tegas seorang ibu rumah tangga di Patani. “Kami ingin pemimpin yang berfokus pada pembangunan dan kesejahteraan, bukan hanya pada politik identitas.”
Yel-yel “Buang Lama Ganti Baru, Kokok Nam-Nam” menjadi simbol perubahan yang ingin dicapai kaum perempuan Patani. Mereka menginginkan pemimpin yang mampu menghadirkan “tesis antitesis” yang berujung pada “Ims Adil” – sebuah pemerintahan yang adil dan berpihak pada rakyat.
“Kami tidak lagi terlena dengan politik identitas yang dangkal,” ujar seorang aktivis emak-emak. “Kami menginginkan pemimpin yang mampu berpikir rasional, berdialektika tanpa sentimen, dan membawa perubahan nyata bagi masyarakat.”
Yel-yel perempuan Patani menjadi bukti bahwa kesadaran politik emak-emak di Indonesia semakin meningkat. Mereka tidak lagi hanya menjadi objek politik, tetapi juga subjek politik yang aktif menuntut perubahan dan keadilan.
“Ini adalah momentum bagi emak-emak Halmahera Tengah untuk terlibat aktif dalam politik,” ujar seorang pengamat politik. “Mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi bangsa.”
Yel-yel emak-emak Patani menjadi bukti bahwa politik identitas yang dangkal tidak lagi relevan. Masyarakat menginginkan pemimpin yang berfokus pada pembangunan dan kesejahteraan, pemimpin yang mampu menghadirkan “tesis antitesis” yang berujung pada “Ims Adil”. (Odhe)