HALTENG, Teropongmalut.com – Kawasan industri Lelilef, yang seharusnya menjadi simbol kemajuan dan kesejahteraan, kini mencekam dalam bayang-bayang kekerasan. Sejumlah peristiwa berdarah, bahkan berujung maut, kembali mewarnai wilayah ini. Miras, yang menjadi biang keladi, seakan menjerumuskan Lelilef ke dalam jurang kehancuran.
Ironisnya, kebutuhan ekonomi yang mendesak mendorong warga setempat untuk terlibat dalam bisnis miras, yang dampaknya sangat merugikan. Kemiskinan, yang ironisnya terjadi di tengah kekayaan alam melimpah, menjadi faktor pendorong utama.
“Mereka tak lagi takut, tak lagi peduli, saat alkohol menguasai pikiran,” ujar seorang warga Abisto kepada media ini Selasa, (10/9/2024) pagi ini.
Menurutnya, kekerasan yang terjadi tak hanya dipicu oleh miras, tetapi juga oleh senjata tajam yang mudah diakses. Warga pencari kerja dari berbagai suku dan agama, yang datang untuk mencari penghidupan di Lelilef, sering menjadi pelaku tindak kejahatan.
“Mereka membawa budaya kekerasan dan senjata tajam, mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat,” ujarnya lagi.
Peristiwa berdarah yang terus menerus terjadi ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak. Kesadaran bersama untuk menghentikan peredaran miras, memberantas kemiskinan, dan mencegah akses senjata tajam menjadi kunci untuk mengembalikan kedamaian di Lelilef Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah.
“Kita harus bersatu, menghentikan kekerasan dan membangun kembali rasa persaudaraan,” seru Abisto.
Lelilef, yang seharusnya menjadi cermin kemajuan, kini terpuruk dalam lingkaran setan miras, kemiskinan, dan kekerasan. Tindakan nyata dan komitmen bersama diperlukan untuk menyelamatkan kawasan industri ini dari jurang kehancuran. (Odhe/Afe)