Ternate-TeropongMalut.com, Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang letaknya tepat berada dibawah garis khatulistiwa. Karena letaknya secara geografis itu membuat Provinsi dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa itu memiliki potensi panas matahari setiap harinya berada dikisaran 25-31 drajat celcius.
Meski memiliki panas matahari yang melimpah. Namun pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah belum mampu memanfaatkan panas matahari itu untuk menghasilkan listrik yang murah dan ramah lingkungan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Negara Indonesia yang sejahtera.
Kondisi itu membuat kita sebagai warga negara Indonesia bertanya tanya apa penyebab potensi yang begitu besar dibiarkan terbuang percuma tanpa mampu memberikan manfaat ekonomi bagi kehidupan kita. Padahal panel surya untuk mengkonversi panas matahari menjadi listrik sudah bisa diakses.
Pertanyaannya kemudian kenapa PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi listrik tidak berfikir untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya sebagaimana pemerintah negara china membangun listrik tenaga surya dengan menempatkan ratusan ribu panel surya di salah satu gunungnya yang kosong untuk menghasilkan listrik yang sangat bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dibanding membangun listrik tenaga disel atau tenaga panas bumi yang mahalnya bukan kepalang. Kenapa PLN tidak membangun saja listrik dari tenaga matahari? Ini adalah pertanyaan yang sampai sekarang kita belum mendapatkan jawabannya.
Di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, 1 dari 8 Kabupaten dan 2 Kota saat ini sedang berlangsung pembangunan infrastruktur untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Namun demikian kita juga belum tau kapan pembangunan infrastruktur pembangkit listrik tenaga panas bumi beserta jaringan kabelnya selesai dan pada tahun berapa pembangkit listrik tenaga panas bumi itu bisa berfungsi untuk melayani kebutuhan masyarakat khususnya di Kabupaten Halmahera Selatan kita juga belum tau.
Sementara itu pasokan listrik di Kabupaten Halmahera Selatan saat ini dengan mengandalkan mesin diesel milik PLN unit Bacan sering mengalami pemadaman jika terjadi beban puncak dan cuaca buruk. Itulah Potret kelam dan fakta pahit yang dialami warga negara indonesia timur setelah puluhan tahun merdeka.
Sementara itu di Kota Tidore Kepulauan, Kota Kelahiran Sultan Nuku salah satu pahlawan nasional kita. Pembangkit listrik di Kota itu menggunakan batu bara. Akibatnya abu hasil pembakaran batu bara berterbangan dan masuk ke rumah-rumah warga yang bermukim di sekitar area pembangkit listrik tenaga batu bara itu. Warga yang bermukim disitu berlahan-lahan mulai terjangkit penyakit pernapasan.
Padahal kalau PLN mau atau ada politikal will dari pemerintah pusat untuk menggunakan tenaga matahari dan tenaga panas bumi sebagai tenaga alternatif untuk menggantikan tenaga diesel maka tidak ada cerita warga terkena debu hasil pembakaran batu bara maupun listrik padam akibat beban puncak maupun karena cuaca buruk.
Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa tidak ada kebijakan yang bagus dari pemerintah untuk membuat sistem listrik Indonesia menggunakan teknologi panas matahari. Padahal kalau itu dilakukan sudah pasti harga listrik mungkin lebih murah sehingga tak ada lagi warga negara indonesia yang kesulitan mendapatkan akses terhadap layanan listrik yang mudah dan murah. (Idhar/red)









