Penulis : Ancha
Editor : Odhe
HALTENG, Teropongmalut.com – Mencari sosok pemimpin (Kepala Daerah) yang ideal dan merakyat di zaman sekarang ini sangat sedikit. Pelaksanaan Pilkada sudah didepan mata, sejumlah nama jagoan sudah digaungkan para pengguna media sosial (medsos) di mana-mana. Segenap komponen dan masyarakat di wilayah Bumi Fagogoru masih menunggu jagoan mereka memberikan signal yang pasti dan memiliki dukungan serta keputusan parpol tetap.
Dengan harapan bahwa pilkada tersebut betul-betul merupakan momentum positif bagi masa depan pembangunan dan pengembangan di mana calon pemimpin tersebut di pilih masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya adalah perhelatan pemilihan kepala daerah pada tahun 2024 nanti.
Oleh sebab itulah, semua pihak berharap pilkada tahun 2024 dapat berlangsung secara adil, demokratis dan sukses. Karena, perhelatan akbar tersebut dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung, memiliki beberapa makna penting yang harus dipahami bersama.
Pertama, pemilihan langsung merupakan bagian dari proses demokrasi. Demokrasi telah menjadi pilihan dalam seluruh proses dan mekanisme politik yang terjadi pada era reformasi di negara kita dewasa ini. Dalam hal ini yang perlu dipahami adalah bahwa demokrasi bukanlah tujuan, tetapi merupakan alat atau sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan daerah menuju masyarakat yang madani. Namun demikian, di dalam demokrasi tersimpan nilai-nilai substansial yang harus terimplementasikan, seperti toleransi, kesamaan di mata hukum, dan lain sebagainya.
Kedua, dengan pilkada juga diharapkan mampu memperkuat integritas bangsa di tingkat daerah. Oleh sebab itu, segenap ekses negatif yang menyertainya, harus diantisipasi sedemikian rupa, sehingga sebelum, selama dan setelah pelaksanaan pemilihan tersebut, integrasi masyarakat di daerah bertambah semakin erat dan menguat. Bukan sebaliknya, justru menciptakan bibit-bibit perpecahan yang kontra-produktif bagi masa depan pembangunan daerah dan bangsa ini.
Ketiga, pilkada juga merupakan momentum untuk memperbaharui komitmen kita dalam dunia perpolitikan di daerah. Dengan adanya pilkada akan memberikan peluang yang sama bagi para kandidat untuk memenangkannya dengan cara-cara yang fair, demokratis, santun, dan meninggalkan praktik-praktik politik busuk yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Keempat, dengan terselenggaranya pilkada secara langsung seperti yang akan kita jalani, maka diharapkan akan memunculkan kepemimpinan yang legitimatif di daerah yang diridhai oleh Allah SWT sehingga masyarakat dapat menjadi lebih sejahtera, karena kepemimpinannya mengikuti ajaran dari Allah SWT dan Rasul-Nya yang telah membawa agama Islam di dunia ini.
Melalui kesempatan ini maka, Ikram Malan Sangadji (IMS) adalah figur yang pantas dan sangat dinantikan masyarakat Bumi Fagogoru. Perlu diketahui bahwa Islam adalah agama yang sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk di antaranya masalah kepemimpinan di pemerintahan.
Kepemimpinan di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya (lihat : al-Qur’an surat Ali Imran : 26).
Adanya kesadaran seorang mu’min terhadap hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadiannya, ketika ia memegang kekuasaan, ia akan tetap bersikap rendah hati, tidak ada keangkuhan dalam dirinya sedikit pun, tidak akan menyelewengkan kekuasaannya dalam bentuk apa pun, dan ia gunakan kekuasaannya itu sebagai alat untuk menghambakan dirinya dan alat untuk mencapai ridha Allah SWT. Sehingga ia akan betul-betul melaksanakan amanah dan tanggung jawab jabatannya seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat, bukannya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya pribadi maupun golongan-golongan tertentu saja. Karena, dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan adanya pemimpin yang mengatur, membawahi, dan mengarahkan kehidupan masyarakat itu. Pemimpin harus menjadi abdi masyarakat. Dia harus melayani dan menjadi fasilitator bagi keperluan-keperluan rakyat.
Pemimpin dapat diibaratkan sebagai seorang “sopir” bus yang membawa penumpang-penumpangnya pada suatu tujuan dengan selamat dan memuaskan. Sebagai seorang sopir pastilah harus menguasai dan ahli dalam menyopir serta segala seluk-beluknya, baik itu keteknisian atau perbengkelannya dan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh polisi pada rambu-rambu lalu-lintas. Sedangkan kondektur bus adalah tim ahli yang juga dibutuhkan partisipasinya, yang membantu supir dalam mengontrol keadaan bus dan mendata jumlah penumpang serta menjaga barang-barang bawaan penumpang. Dalam hal ini kondektur diumpamakan dewan-dewan legislatif yang wajib berpartisipasi selalu membantu program-program kerja pemimpin dalam membawa bangsa dan rakyatnya. Kaca spion, lampu, rem dan lainnya merupakan peralatan yang harus ada dan lengkap untuk menempuh perjalanan. Peralatan-peralatan seperti kaca spion, setir, klakson dan lainnya itu seperti perundang-undangan yang disepakati bersama dan layak untuk dipakai.
Mana mungkin penumpang akan naik sebuah bus yang tak ada kaca spion, rem, lampu dan peralatan-peralatan lainnya? Peralatan-peralatan itu juga bisa di-“stel” atau di- “utak-atik” dengan selera masing-masing menurut mode dan selera yang sama-sama disepakati. Kalau bus dengan peralatan-peralatan yang telah disepakati bersama dapat menghantarkan penumpang ke tujuannya, mengapa tidak perundang-undangan yang disetujui bersama dapat menjadikan rakyat kepada tatanan kehidupan yang makmur dan sejahtera? Supir yang sudah ahli dengan peralatan-peralatan yang lengkap, belum menjadi jaminan untuk sampai ke tujuan kecuali dengan do”a mengharap lindungan Allah SWT. Tak lebihnya juga, seorang pemimpin dengan dewan-dewan legislatifnya serta rakyat belum menjamin kemakmuran dan kesejahteraan kecuali dengan ridho dan hidayah Allah SWT. Disinilah pentingnya ketaqwaan itu, dengan kepatuhan dan ketaatannya kepada yang Maha Kuasa. Pemimpin hanya bisa mengusahakan selamat sampai tujuan, namun yang menentukannya tetaplah Allah SWT.
Selanjutnya, bentuk jalan yang berliku-liku, berlubang, tikungan atau mulus-lurus dan tak putus-putus merupakan kodrat yang ada pada alam ini. Itulah ibaratnya sunnatullah yang telah Allah tentukan kepada makhluk-Nya. Ada kanan pastilah ada kiri. Lurusnya jalan pastilah ada tikungan. Mulusnya jalan pastilah ada lubang-lubangnya. Inilah ketentuan-ketentuan Allah yang tidak mungkin kita lari dari-Nya. Supir pun harus bisa bersikap luwes dan seimbang menyikapi tuntutan para penumpang yang dianggap sehat dan baik. Tuntutan penumpang pastilah tidak jauh dari tuntutan keselamatan bersama. Begitu juga, seorang pemimpin haruslah seimbang dengan tuntutan-tuntutan rakyat yang tidak menyalahi konstitusi demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Tuntutan rakyat biasanya lahir karena melihat adanya kepincangan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.
Begitulah sepatutnya yang diharapkan dari kehidupan pada diri seorang pemimpin dalam membawa ummat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan bagi hidup dirinya dan rakyat yang dipimpinnya.