Reporter : Odhe
Editor : Redaksi
HALTIM, Teropongmalut.com – Dari pengalaman sejumlah perusahaan pertambangan yang beroperasi di NKRI ini, mulai dari Sabang sampai Merauke banyak lebih berdampak sosial dan kerusakan lingkungan dari pada manfaat baiknya sehingga warga Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur dengan tegas menolak PT. Priven Lestari beroperasi di wilayah Wato-wato Buli.
Kerusakan lingkungan akibat dari aktivitas pertambangan bisa kita lihat di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, ada jejak konflik sosial dan kerusakan lingkungan di wilayah lingkar pertambangan sangatlah besar sehingga kami masyarakat bersikap tegas.
“Di mana ada tambang, di situ ada penderitaan warga. Di mana ada tambang, di situ ada kerusakan lingkungan, tidak akan bisa berdampingan,” jelas sejumlah warga dikalangan pemuda Buli kepada media Senin tanggal 4 September 2023 sore tadi via sambungan telpon genggam.
Warga ini mengatakan, lingkungan “dirusak” dan masyarakat “dibungkam” paksa demi terlaksananya komoditi prioritas yang menjadi tulang punggung pemasukan negara itu.
Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari sumber pemberitaan kurang lebih tercatat terjadi 45 konflik tambang yang mengakibatkan 69 orang dikriminalisasi dan lebih dari 700.000 hektare lahan menjadi rusak. Namun, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah tudingan tersebut.
Untuk itu, kami sebagai warga pun bersikap tegas untuk menolak aktivitas pertambangan PT. Priven Lestari di wilayah Kabupaten Halmahera Timur.
“Dalam waktu dekat kami bakal melakukan aksi penolakan PT. Priven Lestari melakukan Eksploitasi di Kabupaten Halmahera Timur,” tegas warga via sambungan telpon genggam.