Oleh
Fahmi Djaguna
Penulis adalah Dekan FKIP UNIPAS Morotai
Know thy self, know thy enemy. A thousand battles, a thousand victories:
(Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan)
Sun Tzu: The Art of War.
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Morotai Tahun 2024 ibarat perang dalam arena politik. Semuanya penuh strategi dan perhitungan.
Bahkan dalam peperangan tersebut dibutuhkan juga seni agar kekuatan akan sulit diukur oleh lawan yang juga sedang mengatur siasat untuk mengalahkan sang lawan.
Dengan memahami “seni berperang”, maka Pilkada akan lebih mudah dilaksanakan, terutama untuk mencapai kemenangan. Namun, sering sekali konsultan politik (tim pemenangan/jubir) calon kepala daerah luput bahwa untuk menyusun strategi dan siasat.
Dengan kata lain, pembentukan tim pemenangan/jubir kepala daerah menjadi dasar bagaimana strategi dibuat untuk mengalahkan calon kepala daerah lain dalam kompetisi politik.
Dalam konteks itu, sebagaimana penetapan Komisi pemilihan Umum (KPUD) Kab. Pulau Morotai menetapkan 3 (tiga) bakal pasangan calon yang mendaftar pada Pilkada Serentak Tahun 2024, yaitu: Rusli Sibua dan Rio Cristian Pawane, Samsudin Banyo dan Judi R Dadana, dan Deni Garuda dan M. Qubais Baba.
Menarikanya dari ketiga calon tersebut, masing-masing mempunyai Juru Bicara (JUBIR).
Jika Rusli Sibua dan Rio Cristian Pawane menunjuk Dr. Saiful Totona, M.Si sebagai jubir, Samsudin Banyo dan Judi R Dadana menunjuk Irwan Solemen, MH sebagai jubir, dan Deny Garuda dan M. Qubais Baba menunjuk Parto Sumtaki, M.Ikom sebagai jubir.
Menariknya dari masing-masing jubir yaitu Dr. Saiful Totona, M.Si dan Irwan Soleman, MH adalah mereka yang pernah bertarung di Legislatif Tahun 2024 tetapi tidak terpilih!.
Namun dalam perang atau dunia politik, meminjam bahasanya Winston Churchill (seorang politikus dari Britania Raya), bahwa, “Dalam perang, anda hanya bisa dibunuh satu kali, tetapi dalam politik, anda bisa dibunuh berkali-kali”.
Tentunya dari ketiga jurkam dalam proses pemenangan dan pemetaan tetap berbasis data. Pemetaan dukungan politik merupakan keniscayaan untuk bisa mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan seorang calon kepala daerah.
Pemetaan dukungan juga menjadi dasar penyusunan strategi apa yang relevan digunakan untuk kelemahan-kelemahan yang dihadapi di daerah tertentu (di enam kecamatan di Pulau Morotai).
Tidak mungkin sebuah tim pemenangan seorang calon kepala daerah akan menyeragamkan strategi yang digunakan untuk semua daerah “pertempuran” dan untuk semua segmen pemilih.
Tentu cara seperti ini tidak akan efektif untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Apalagi perilaku politik masyarakat di semua segmen status sosial ini berbeda.
Misalnya, bagaimana kebutuhan masyarakat Morotai Selatan dan Morotai Timur dalam merespons kondisi politik di sekitar mereka, jelas akan berbeda kebutuhan masyarakat Morotai Jaya dan Morotai Pulau Rao, dll.
Maka dari itu, kondisi inilah yang harus diketahui oleh tim pemenangan/jubir calon masing-masing kepala daerah. Singkatnya, pemetaan terhadap perilaku politik masyarakat, khususnya perilaku memilih mereka adalah kunci untuk mendapatkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan tim pemenangan.
Selain memetakan perilaku juga pemenangan calon kandidat, survei juga dibutuhkan untuk mendapatkan informasi terkait dengan isu-isu yang perlu diketahui oleh kepala daerah.
Sebagaimana riset atau hasil survei Poltracking Indonesia baru-baru ini merilis mengenai calon Bupati Pulau Morotai 2024 dilakukan pada periode 24 -30 Juli 2024, menunjukkan bahwa Drs. Rusli Sibua, M.Si memiliki popularitas dan elektabilitas yang unggul dengan kandidat lain, kemudian disusul oleh Deny Garuda, S.IP serta Drs. Samsudin Banyo, M.Si.
Itu artinya, Drs. Rusli Sibua, M.Si adalah mantan Bupati Morotai tahun 2012 dimana pada periodenya beliau berbuat banyak untuk pengembangan SDM dengan mendirikan UNIPAS Morotai, program 1 (satu) desa 1 (satu milyar) pertama di Indonesia, dll, maka wajar popularitas dan elektabilitas bagus.
Lanjut untuk Deny Garuda, S.IP seorang anak muda yang 3 (tiga) kali terpilih menjadi anggota DPRD Kab. Pulau Morotai dengan lebel “Lanjutkan” (dibawah bayang-bayang program Beny-Asrun) ini belum cukup dalam mendongkrat popularitas dan elektabilitas, namun akhir-akhir ini agak meningkat presentasinya. Sedangkan Drs. Samsudin Banyo, M.Si adalah mantan BAPPEDA Maluku Utara dan Kepala PMD Maluku Utara namun popularitas dan elektabilitas dibawah rata-rata, artinya di masa menjadi pejabat di propinsi, tidak ada program yang menyentuh untuk rakyat Pulau Morotai, maka wajar!!.
Memang, pemetaan terhadap dukungan dan isu-isu maka tim pemenang/jurkam akan menjadi referensi atau bahan evaluasi dari popularitas dan elektabilitas masing-masing jagoanya. Ada indikator-indikator tertentu untuk melihat efektivitas strategi, di antaranya sejauh mana capaian dalam peningkatan elektabilitas seorang calon kepala daerah.
Lazimnya popularitas adalah fondasi awal bagi setiap calon yang ingin bertarung dalam Pilkada. Karena kata popularitas berarti ketenaran. Popularitas berasal dari kata populer, artinya dikenal dan disukai orang banyak. Sedangkan elektabiltas berasal dari kata Inggris “electability,” berarti keterpilihan atau tingkat ketertarikan publik untuk memilih seorang calon kepala daerah (baca Poerwadarminta, 2019).
Ingat, bahwa dalam dunia politik, popularitas dan elektabilitas tidaklah ansih, namun juga di dukungan politik uang (isi tas). Mengelola popularitas, elektabilitas dan politik uang (isi tas) adalah langkah kemenangan dalam pilkada. Popularitas tanpa elektabilitas tidak akan cukup sedangkan elektabilitas tanpa popularitas tidaklah berarti apa-apa.
Begitu juga popularitas dan elektabilitas tanpa dukungan finansial yang kuat maka akan sia-sia, baik strategi dan taktik tidaklah berjalan dengan optimal.
Melalui perencanaan yang matang dan strategi yang jitu, pastinya kemenangan dapat diraih dengan sempurna. Yang walaupun pada aspek lain, politik uang (isi tas) menjadi stikma negatif, namun jika ingin bergelut di dunia politik yang penuh dengan drama dan tipu muslihat maka politik uang (isi tas) adalah tak terelakan (belajar pada pilkada Morotai 2017 terpilihnya Benny-Asrun).
Singkatnya, politik uang (isi tas) yang menjadi pilihan calon kepala daerah beserta tim pemenang adalah bagian dari upaya dalam memobilisasi dukungan masyarakat. Melalui politik uang ini, kelemahan mendasar dari seorang calon kepala daerah, terutama menyangkut kapasitas dirinya bisa ditutupi.
Calon kepala daerah tidak perlu meningkatkan kapasistasnya sebagai calon pemimpin di daerah karena mereka meyakini bahwa pilihan masyarakat dapat dipengaruhi dengan uang yang diberikan kepada mereka. Maka dari itu, inilah kondisi yang saat ini dihadapi oleh negeri ini.
Bahkan berkaca pada Pilkada tahun 2017 politik uang tetap menjadi strategi untuk menambah suara calon kepala daerah. Tidak segan-segan, ada broker yang memang sengaja mencari calon kepala daerah dan menawarkan keahlian mereka memobilisasi dukungan dengan kompensasi sejumlah uang untuk mereka sebarkan kepada pemilih.
Demokrasi yang dilaksanakan memang membutuhkan uang (isi tas) yang tidak sedikit. Karena demokrasi identik dengan aktivitas yang berbiaya mahal. Memang selain digunakan untuk menyediakan logistik Pilkada, uang yang banyak oleh calon kepala daerah juga disiapkan untuk membayar sejumlah pemilih. Dengan dana yang fantastis akan memastikan kampanye dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
Selain itu, dengan adanya dana fantastis juga maka operasional tim sukses bisa dipenuhi dan menyediakan logistik seperti makan, minum, dan transportasi maupun biaya rapat, pembiayan iklan di media massa, pembuatan alat peraga kampanye seperti, baliho, dan spanduk serta pembentukan posko di masing kecamatan maupun desa.
Oleh karena itu, dalam mengelola ketiga kunci yaitu popularitas, elektabilitas dan politik uang (isi tas) dengan baik adalah langkah awal menuju kemenangan dalam pilkada. Politik uang atau dukungan isi tas sangat strategis dan mutlak dimiliki para calon dalam setiap kontestasi politik.
Karena sekali lagi penulis tegaskan bahwa, popularitas dan Elektabilitas saja tak menjamin kemenangan maupun bisa menarik suara para pemilih untuk memenangkan calon Bupati dan Wakil Bupati Morotai Tahun 2024. Dengan ketiga kunci yaitu popularitas, elektabilitas dan politik uang (isi tas) pastinya kemengan akan mudah diraih.!!. Semoga